Siyen Kutai (Seni Sastra Suku Rejang Tapus) - TANEAK TANAI
TANEAK JANG - BUMAI PAT PETULAI
MAGEA SANOK SEMANEI SLAWEI KUTE NE,MARO BA ITE SELALU JEMAGO PERSATUAN LEM MBANGUN TANEAK TANAI TE,BLOGGER ADE BA ALAT MAGEA ITE UNTUK SELALU JEMALIN SILATURRAHMI.

" Sesungguhnya engkau tidak akan menjadi orang besar, kalau hanya menuntut ilmu dengan kepintaran tinggi, tapi melupakan tempat kelahiranmu...dengan pura-pura lupa,atau apapun itu "
- Anton -
Photobucket
Home » » Siyen Kutai (Seni Sastra Suku Rejang Tapus)

Siyen Kutai (Seni Sastra Suku Rejang Tapus)

Written By Anton on Jumat | 21.36


Lamun hari tukinang hari, Hari tukinang sedang hari tinggi, siamang tu sedang redawe, Kelik sedang pekik rami, Angin sedang gugur daun, Gururlah daun remacang mudo, Gugur daun repinang mudo, Lubuk sedang begenjo ijo,Ratu sedang bebayang kuning, Becalang mudik milir, Bibik sedang laburan jemur, Bujang juare sedang mericik tue ayam, Bujang gadis rau ketenun, Ilanglah lading pertas tenun,Ilang penyukit duri ladak,Baru teringet kepade pesan.

Ado pesan Wong Tue dulu Ade, Lamun rejung kenyen suatu, Rejung madak laut lepas, Lekap genap nuli redanan, Riau rindau uli pekakas, Gereng kemas dede piagus, Dedereng pengiran demak rauh, Amun be upi itu pinang idak beupi itu nibung amun betuli itu kudang, Idak betuli kudang badung, Kunang kauren nian datang,Kundang kurindu nian siba,Namun muga, muga kerumo, Warang kerume keberuge, Tilik lah tetang wong desa, Lamun nak culo culo lah lage, Culo lage mato reganding, Nak culo nage nage ke laut, Mato regading liman di hutan, Kabar ndak meruge adat care sirih pinang, Adat care pinang sukar di rube, Lamun segalenye kurang dari tubuh.

Lamun diwe bertulung duate berbatu, Wong pisak pacak bapit, Baring miskin pacak kaye, Amun diwe idak bertulung, Wong pisak tame pisak, Bareng miskin lame miskin, Takele dina tekale, Tekale dina maso itu, Betung betulis dengan tulisan awur bersurat dengan suratan, Epe ditulis dengan betung, Ape disuret oleh aur, Tiran ulung layang putiak, ado disano, Tiran ulung pandai membace,Layang putiak pandai menyurat, Laju bepesan burung piran ulung, Amun cikundu ngadap keteluk, Besok kundu sare tangungan, Kundu menengah jarang balik, Patah kundu hilang di ratau, Abung cerite lamun jauh, Besaklah ikan lamun luput, Ayam betabang senimar elang.

Ikan dipangang tingal tulang, Igak berigak padi masak, Igak beragam badan tue, Igak bedindang biduk anyut, Bepesan kedue dengan pesan, Pesan burung layak putiak, Besili batu asah, Gerenget tukanglah tibo, Idak ulah cari ulah, Idak ban batu digale, Rumah ado cari podok, Lamun orang pemanyek mati jatuh, Orang pedingin mati anyut, Orang peibo ilang seurang, Tang tilik lah tang, Tiliklah tang desa ninik mamak disini, Desa serut laman sunyi, Desa digepung oleh betung, Desa disindang olih lalang, Rumah berarik tiang serik, Satu adak tiang duduk, Peratin kurang perite, Bujang gadis kurang pengunyung. Selebar ringgit sepangung, Gadis iluk nungu beruge, Sude digepung dengan ringgit, Sude disindang dengan redai, Ade anak bujang lumang, Kerimbo tenang, ndak merayap ke rimbo bano merang ke rimbo alas, Anak bujang kerimbo tenang.

Ibarat batu gulek idak beseding, batu pat dilipat jadi tige, Anak bujang kerimbe tenang naik tebing turun tebing, Naik gunung turun gunung, Nempuh hujan dengan panas, Idak tentu malam dengan siang, Malam peduman bulan bitang, Siang peduman mate hari, Anak bujang lumang kerimbe tenang betemu petemuan, Temu endapat pendapatan, Temu telur kanyen sebiji, Telu senayak seninang, Senayak di ujung jari, Senindang di hati tangan,Stabik ucap sepakat,Telur digengam rapat-rapat,Meretas menjadi burung empat, Se bename burung elang, Due bename burung pungguk, Tige bename burung tiung,Empat bename burung sawi.

Rejong Burung Empat

Bepatun burung empat, Sebepatun dengan patun, Bepatun lah burung elang, Lamun senulo burung elang, Elang terbang melayang mgeser bumi, Muge ke langin langit ndak sape, turun kebumi, Upan segengam sukar makan, Muge kelangit air setitik aus seminum, Laju kesingen tumanak awan kasa, Kesian lapule burung elang, Amun awat betake malang, Awat betake malang nian, Patun kedue dengan patun,Bepatun burung punguk amun senulo burung punguk, Punguk merindu bulan, Bulan tu idak merindu, Badan tubuh, menagislah burung punguk Amun awat betake malang, Awat betake malang nian, Kasianlah pule burung punguk, Patu ketige dengan patun patun burung tiung, Lamun senulo burung tiung, Tiung besarang selenger pungur, Tiung merap pungur rebah, Rambai sayap terbang layang, Pendek sayap terbang sayup, Laju terbang lamur rayam, Menagis burung tiung, Amun awat betake malang, Awat betake malang nian, Patun keempat dengan patun.

Bepatun burung sawi, Lamun senolu burung sawi, Setaun berujut, sebulan berajat, Uju diwe putih kuning, Ujud duate jarang panau, Kasianlah pule burung sawi, Lamun awat betake malang, Awat betake malang tune, Serguni ditanam mati, Sergaju ditanam layu, Cendawan tangkap lepas dari tangan, Sergujung di pijak lari, kasian lapule burung sawi.

http://akarfoundation.wordpress.com/2007/11/23/siyen-kutai-seni-sastra-suku-rejang-tapus/
Share this article :

1 komentar:

partisimon.com mengatakan...

dalam upacara2 apa "siyen Kutai' dimainkan? apakah dalam upacara pernikahan atau menyambut tamu? atau dalam hal panen padi.

Trima kasih infonya, menambah wawasan, mari kita pelihara kebudayaan warisan leluhur.

salam
partisimon.com

Posting Komentar

Profil Singkat Suku Rejang

Suku Rejang adalah salah satu suku tertua di pulau Sumatra selain suku bangsa Melayu.Suku Rejang menempati daerah Lebong,Rejang Lebong,Kepahiang,Bengkulu Utara dan sebagian menyebar ke wilayah Sumatera Selatan.Bila kita lihat dari dialek bahasa yang digunakan, sangat jelas perbedaan antara bahasa Melayu dan bahasa daerah di Sumatra lainnya dengan bahasa Rejang. Suku Rejang menempati Kabupaten Lebong,kabupaten Rejang Lebong,kabupaten Kepahiang, Bengkulu Utara,Bengkulu Tengah Dan tersebar ke wilayah sumatera bagian selatan. Suku ini merupakan terbesar di provinsi Bengkulu

Jika mengacu pada sistem kelembagaan lokal atau local community masyarakat adat yang ada di Kabupaten Lebong adalah komunitas kampung yang di sebut dengan dengan istilah lokal Kutai atau Dusun yang berdiri sendiri yang merupakan kesatuan kekeluargaan yang timbul dari sistem unilateral dengan sistem garis keturunan yang patrilineal dan dengan cara perkawinan yang eksogami, aplikasi sistem lokal ini kemudian di terjemahkan dengan sistem kelembagaan Marga, sebuah sistem adopsi dari sistem pemerintahan Kesultanan Pelembang. Ada beberapa kesatuan kekeluargaan yang relatif masih tegas asal usul, wilayah tata aturan lokal di Kabupaten Lebong masing-masing kekeluargaan tersebut kemudian di sebut dengan Marga. John Marsden, Residen Inggris di Lais (1775-1779) menceritakan tentang adanya empat Petulai Rejang diantaranya Jekalang (Joorcalang), Selupuak (Selopoo), Manai (Beremani), Tubey (Tubay) di sisi lain Dr. J.W. Van Royen dalam Laporannya “adat-Federatie in de Residentie’s Bengkoelen en Palembang” menyatakan bahwa Marga-Marga tersebut merupakan kesatuan Rejang yang paling murni.
_________________________________________
 
Support : BUMAI PAT PETULAI | Sukau Jang | Taneak Jang
Copyright © 2011. TANEAK TANAI - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger